Sabtu, 13 Juni 2015

TIPS MENGHADAPI RAMADHAN



TIPS Menghadapi RAMADHAN
oleh, Mahmud Suyuti

Waktu terus berjalan, tanpa pernah berhenti. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun berikutnya. Semua perjalanan waktu tersebut, Allah Swt senantiasa memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya. Di antara kenikmatan itu adalah sampainya usia kita di akhir Nishfu Sya'ban ini, dan sisa menghitung beberapa hari lagi bulan Ramadhan tiba.
Term Ramadhan dalam bahasa Arab berakar kata dari ramadha, yang berarti panas yang menyengat dan kering. Di jazirah Arab masa lalu, musim panas biasanya bertepatan bulan kesembilan, sehingga Ramadhan merupakan bulan kesembilan dalam tahun Hijriah. Pemaknaan Ramadhan dapat juga dikiaskan panasnya tenggorokan saat berpuasa, dan makna tersebut bila merujuk pada hadis Nabi saw, bisa dimaknakan sebagai bulan yang memanaskan dalam arti membakar hangus dosa-dosa orang yang berpuasa.
Kaitannya dengan ajaran tasawuf, Ramadhan merupakan bulan untuk mengasah spiritual sehingga muncul nur Ilahiyah (cahaya Ketuhanan) sebagaimana panasnya api mempresentasikan sesuatu yang memuncul cahaya.
Nur Ilahiyah dalam Al-Qur’an, QS. al-Nur/24: 35 adalah seperti misykat (lubang yang tidak tembus) di dalamnya ada pelita dan pelita itu di dalam kaca. Itulah gambaran dada kaum sufi. Di dalam dada mereka itu berisi ilmu pengetahuan yang disebut ma’rifatullah diibaratkan seperti pelita. Ketika pelita itu dibungkus dengan amalan spiritual, ibaratnya seperti kaca kristal, memantulkan cahaya ke segenap penjuru.
Ketika Ramadhan berada di pintu gerbang, kalimat Marhaban ya Ramadhan (selamat datang Ramadhan) ditebarkan secara lisan, tulisan surat, dan saat banyak melalui SMS, Short Message Service dengan menggunakan handpone (HP). Kalimat tersebut mengandung doa yang sarat dengan makna.
Marhaban ya Ramadhan searti dengan ahlan wa sahlan, yang dalam bahasa Arab berarti “Selamat datang …” walaupun keduanya searti dan semakna, tetapi penggunannya berbeda. Umat Islam tidak menggunakan Ahlan wa Sahlan untuk menyambut datangnya Ramadhan, melainkan Marhaban Ya Ramadhan sebab, marhaban adalah kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu yang akan datang searti dengan kata ahlan sebagaimana yang disebutkan tadi.
Kenapa Ramadhan harus disambut dengan marhaban bukan ahlan. Jawabannya, sebab arti dasar ahlan adalah keluarga, sementara arti dasar marhaban adalah luas atau lapang, dan dipahami bahwa Ramadhan merupakan bulan, bukan keluarga, maka penggunaan kata ahlan padanya tidak tepat.
Mengucapkan marhaban untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan harapan jiwa raga setiap muslim lebih leluasa dan lapang dalam menjalankan ibadah suci, yakni puasa dan ibadah lainnya. Dengan kelapangan jiwa menjalankan puasa maka dengan mudah meraih takwa sebagaimana yang disebutkan dalam QS. al-Baqarah/2: 183.
Beberapa tips sebagai persiapan menanti kedatangan Ramadhan, adalah I'dad Ruhi Imaniyah, I'dad Jasadiyah, I’dad Fikriyah, dan I'dad Maliyah.
I’dad Ruhi Imaniyah, yakni persiapan ruh keimanan. Setiap muslim sesegera mungkin sebelum datangnya Ramadhan untuk membersihkan hati (tazkiyatun nafs), melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzhaliman sebagaimana disebutkan dalam QS. asy-Syams: 9. Ini dimaksdukan agar keimanan seseorang semakin meningkat, sehingga ketika memasuki Ramadhan sudah bisa menjalani ibadah puasa dan mampu menghidupkan pada malam-malamnya dengan ibadah shalat tarwih.
I'dad Jasadiyah, yakni persiapan fisik. Setiap muslim untuk memasuki Ramadhan  memerlukan fisik yang prima sebab jika fisiknya lemah, bisa-bisa kemuliaan yang dilimpahkan Allah pada bulan Ramadan tidak dapat diraih secara optimal. Itulah sebabnya Nabi saw dan para sahabat sebelum memasuki Ramadhan, membiasakan diri pelatihab fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur'an, biasa bangun malam (qiyamul-lail).
I’dad Fikriyah, yakni persiapan ilmu. Setiap muslim membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, niat, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Ini sebagai ilmu pengetahuan dijadikan dasar agar dalam beribadah di bulan Ramadhan sesuai tuntunan Nabi saw. 
I'dad Maliyah, yakni persiapan harta. Setiap muslim seharusnya memiliki dana yang cukup menyambut bulan Ramadhan, bukan untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk berbuka dan bersahur, serta berhari raya, melainkan untuk keperluan memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan, bersedekah dan berderma karena nilai pahalanya dilipatgandakan. Tentu saja bagi yang memiliki dana atau harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakat maal-nya. Bahkan, jika memiliki kemampuan berumrah pada bulan Ramadhan merupakan ibadah yang bernilai luar biasa, yakni seperti nilai pahala haji bersama Nabi Saw.
Jika tips Ramadhan seperti yang disebutkan diamalkan sejak sekarang, maka nantinya ketika memasuki Ramadhan, akan dirasakan halawatul iman (manisnya iman), zatul Islam (lezatnya amalan Islam) sehingga terbentuk zakiyul akhlak (kesucian akhlak) dan menjadikan puasa berberkah. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq.